Pendidikan Indonesia Masih Diselimuti Kemalasan Belajar: Membangun Madrasah Berkualitas Melalui Integritas dan Kompetensi
- Sabtu, 10 Mei 2025
- Administrator
- 0 komentar

Pendidikan Indonesia Masih Diselimuti Kemalasan Belajar: Membangun Madrasah Berkualitas Melalui Integritas dan Kompetensi
Oleh: Jiyanto, S.E. (Kepala Madrasah)
Pendidikan di Indonesia saat ini menghadapi tantangan besar, bukan lagi hanya soal keterbatasan infrastruktur atau kurikulum yang ketinggalan zaman, melainkan pada persoalan mentalitas belajar dan integritas akademik. Temuan Survei Penilaian Integritas (SPI) 2024 menunjukkan bahwa kemalasan belajar dan budaya instan masih menyelimuti sistem pendidikan kita, dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.
Kemalasan Belajar dan Rendahnya Integritas Akademik
Data SPI 2024 mengungkap fakta mencemaskan: praktek ketidakjujuran akademik seperti menyontek masih marak terjadi. Sebanyak 78% sekolah dan 98% kampus tercatat masih menghadapi kasus menyontek. Bahkan, 57,87% mahasiswa dilaporkan melakukan praktik tersebut, 51,7% mengaku menggunakan jasa joki tugas, dan 2,79% lebih memilih menyontek daripada belajar.
Fenomena ini bukan sekadar pelanggaran etika, melainkan gejala sistemik dari pendidikan yang belum sepenuhnya membangun kesadaran akan nilai belajar. Pendidikan masih dipersepsikan sebagai tangga administratif menuju jenjang karier, bukan sebagai proses membentuk karakter dan kompetensi.
Plagiarisme dan Jokiisme: Musuh Utama Madrasah Berkualitas
Di tingkat perguruan tinggi, masalah semakin kompleks. Plagiarisme menjadi bentuk ketidakjujuran baru yang tidak ditemukan di jenjang dasar. Di sekolah, 38,4% siswa meminta orang lain mengerjakan tugasnya, dan 20,69% memilih menyontek daripada harus belajar.
Ini menjadi ancaman serius bagi pembangunan manusia Indonesia yang berintegritas. Sekolah—termasuk madrasah—harus menjadi ruang pembinaan nilai kejujuran, bukan tempat memelihara budaya instan dan jalan pintas.
Solusi untuk Madrasah Berkualitas: Fokus pada Integritas dan Kompetensi
Pemerintah dan lembaga pendidikan tidak bisa lagi menanggapi masalah ini hanya dengan pendekatan pembangunan fisik atau proyek semata. Kualitas pendidikan tidak diukur dari jumlah gedung yang dibangun, tetapi dari sejauh mana siswa tumbuh sebagai pribadi yang jujur, tangguh, dan kompeten.
Berikut beberapa langkah konkret untuk membangun madrasah berkualitas:
-
Pendidikan Integritas Sejak Dini
Pendidikan karakter harus menjadi bagian dari setiap proses pembelajaran, bukan sekadar materi pelengkap. Program penguatan profil pelajar Pancasila dan moderasi beragama harus dibarengi dengan praktik nyata dalam kegiatan belajar mengajar. -
Sanksi Tegas dan Edukatif terhadap Jokiisme dan Plagiarisme
Madrasah harus memiliki kebijakan tegas terhadap praktik tidak jujur, termasuk penggunaan jasa joki, menyontek, dan plagiarisme. Namun, penegakan ini harus disertai pembinaan dan pemahaman etika akademik secara mendalam. -
Evaluasi Berbasis Kompetensi yang Ketat
Siswa yang belum mencapai kompetensi minimal wajib mengulang pelajaran hingga benar-benar tuntas. Bukan sekadar remedial simbolis yang membuat guru malas dan siswa tidak serius. Evaluasi harus mencerminkan pembelajaran yang bermakna. -
Keterlibatan Orang Tua dan Komite Madrasah
Orang tua harus dilibatkan secara aktif untuk memahami bahwa proses belajar adalah perjalanan panjang yang menuntut kerja keras, bukan sekadar hasil nilai. Sosialisasi nilai integritas perlu melibatkan komunitas madrasah secara luas. -
Penguatan Peran Guru sebagai Pembimbing Proses Belajar, Bukan Sekadar Pengajar Materi
Guru harus diberikan pelatihan berkelanjutan agar mampu menjadi fasilitator pembelajaran yang menantang, memotivasi, dan bermakna. Guru yang aktif membimbing remedial adalah guru yang peduli pada keberhasilan siswa, bukan sekadar penyelesai administrasi.
Penutup: Membangun Ketahanan Belajar, Menolak Jalan Pintas
Pendidikan bukanlah jalur instan menuju kesuksesan, melainkan proses membentuk manusia seutuhnya. Madrasah yang berkualitas bukan hanya madrasah dengan gedung bagus atau fasilitas lengkap, tetapi madrasah yang mampu menumbuhkan budaya belajar, kejujuran, dan daya juang pada setiap siswanya.
Jika kemalasan belajar dan ketidakjujuran dibiarkan, kita sedang membiarkan masa depan bangsa kita dibangun di atas fondasi yang rapuh. Sudah saatnya kita semua—guru, orang tua, siswa, dan pemerintah—bersama-sama menegakkan komitmen terhadap pendidikan yang jujur, berkualitas, dan bermartabat.
Artikel ini disusun oleh Jiyanto, S.E., Kepala Madrasah, dengan mengacu pada temuan dan pernyataan Dr. Berlian Siagian mengenai kondisi pendidikan di Indonesia.
Artikel Terkait

"Cari Kerja Itu Susah, Jangan Bikin Susah Orang Lain": Pesan Salah Satu Tokoh Masyarakat di Reo
Senin, 15 September 2025

Tolak Ukur Sukses Maulid Nabi Muhammad SAW dalam Pendidikan Generasi Z melalui Kurikulum Berbasis Cinta
Sabtu, 06 September 2025

Refleksi HUT ke-80: Meneguhkan Jiwa Guru dan Siswa di Era Digital melalui Bingkai Kurikulum Cinta
Sabtu, 16 Agustus 2025